Tahukah Anda, Wanita Ini Mendapatkan Kehormatan Dan Keistimewaan Dari Rasulullah SAW
Ilustrasi Asy-Syfa Binti Abdullah, Guru dan Tabib Yang dimuliakan Rasulullah SAW |
Rumah itu tak pernah sepi. Setiap hari ada saja orang yang mengunjungi rumah itu dengan berbagai tujuan, ada yang ingin mendapat pengobatan, ada yang dating untuk belajar yang penuh berkah itu dihuni oleh Asy – Syifa binti Abdillah. Wanita shaleha yang cerdas itu menekuni berbagai profesi ; guru, juru dakwah, tabib dan penasehat dalam urusan perdagangan. Karena berbagai kegiatannya itu, istri dari Abi Hatsamah bin Khuzaifah ini, mendapat penghargaan dan keistimewaan dari Rasulullah.
Syifa,
yang termasuk dalam kalangan wanita pertama yang masuk islam, aktif mengajar
para muslimah membaca dan menulis. Di antara mereka terdapat Hafsnah binti
Khattab, salah seorang istri Rasulullah. Rasulullah secara khusus meminta Syifa
untuk mengajarkan istrinya tulis baca.
Suatu ketika, saat ibu dari Sulaiman bin Abi Hatsamah ini tengah mengajar Hafshah menulis, Rasulullah datang mengunjunginya. Pada kesempatan itu itu Syifa berkata pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, dahulu di masa jahiliyah, aku biasa meruqyah, aku hendak memperlihatkannya kepadamu.” “Perlihatkan ruqyah itu,” jawab Rasulullah.
Asy –
Syifa memperlihatkan caranya melakukan ruqyatun namlah (ruqyah untuk penyakit
cacar). Di antara untaian doa dalam ruqyah itu adalah, “ Ya Allah, Rabbnya
manusia, Dzat yang menghilangkan segala bahaya (penyakit), sembuhkanlah. Engkau
Dzat yang Maha Menyembuhkan, tidak ada yang menyembuhkan kecuali Engkau,
kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.”
Rasulullah
berkata, “ Meruqyahlah dengannya. “ Beliau kemudian melanjutkan kata – katanya,
“ Tidakkah engkau ajari Hafshah cara ruqyatun namlah sebagaimana engkau
mengajarinya menulis.”
Dengan
dukungan Rasulullah, Syifa kembali menekuni profesinya sebagai peruqyah.
Rasulullah pun menghadiahnya sebuah rumah di Madinah yang difungsikan untuk
klinik pengobatan penyakit gatal.
Syifa
terhitung dekat hubungannya dengan Rasulullah yang sering berkunjung ke
rumahnya. Karena itulah Syifa cukup banyak meriwayatkan hadist. Bahkan Hafshah
sendiri sering mendapatkan hadist dari syifa.
Syifa
memang wanita yang tidak pernah mau tinggal diam, ia selalu berusaha memberikan
kebaikan kepada lingkungannya, bahkan sampai usia tuanya. Jika ia menemukan
sesuatu yang ia anggap tidak benar, ia selalu berusaha meluruskannya. Suatu
hari, misalnya, pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ia bertemu dengan para
pemuda yang berjalan dengan gontai, tak bersemangat. Betapa gusarnya dia dan
berkata, “ Demi Allah, Umar itu bila berbicara keras bila berjalan cepat dan
bila memukul terasa sakit.”
Di masa
pemerintahan Umar, Syifa juga mendapatkan penghormatan yang tinggi dari
Khalifah. Umar acap meminta nasehat Syifa untuk menyelesaikan masalah – masalah
yang ia hadapi, termasuk berbagai urusan perdagangan. Semua amanah ini bisa ia
selesaikan dengan baik.
Wanita
yang enerjik ini wafat pada tahun 20 H setelah seluruh sumbangsihnya dia
berikan untuk agama dan umat. Itulah Syifa, wanita yang diistimewakan
Rasulullah.
Rumah itu tak pernah sepi. Setiap hari ada saja orang yang
mengunjungi rumah itu dengan berbagai tujuan, ada yang ingin mendapat
pengobatan, ada yang dating untuk belajar yang penuh berkah itu dihuni oleh Asy
– Syifa binti Abdillah. Wanita shaleha yang cerdas itu menekuni berbagai
profesi ; guru, juru dakwah, tabib dan penasehat dalam urusan perdagangan.
Karena berbagai kegiatannya itu, istri dari Abi Hatsamah bin Khuzaifah ini,
mendapat penghargaan dan keistimewaan dari Rasulullah.
Syifa,
yang termasuk dalam kalangan wanita pertama yang masuk islam, aktif mengajar
para muslimah membaca dan menulis. Di antara mereka terdapat Hafsnah binti
Khattab, salah seorang istri Rasulullah. Rasulullah secara khusus meminta Syifa
untuk mengajarkan istrinya tulis baca.
Suatu
ketika, saat ibu dari Sulaiman bin Abi Hatsamah ini tengah mengajar Hafshah
menulis, Rasulullah datang mengunjunginya. Pada kesempatan itu itu Syifa berkata pada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, dahulu di masa jahiliyah, aku biasa meruqyah, aku
hendak memperlihatkannya kepadamu.” “Perlihatkan ruqyah itu,” jawab Rasulullah.
Asy –
Syifa memperlihatkan caranya melakukan ruqyatun namlah (ruqyah untuk penyakit
cacar). Di antara untaian doa dalam ruqyah itu adalah, “ Ya Allah, Rabbnya
manusia, Dzat yang menghilangkan segala bahaya (penyakit), sembuhkanlah. Engkau
Dzat yang Maha Menyembuhkan, tidak ada yang menyembuhkan kecuali Engkau,
kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit.”
Rasulullah berkata, “ Meruqyahlah dengannya. “ Beliau kemudian melanjutkan kata – katanya, “ Tidakkah engkau ajari Hafshah cara ruqyatun namlah sebagaimana engkau mengajarinya menulis.”
Dengan
dukungan Rasulullah, Syifa kembali menekuni profesinya sebagai peruqyah.
Rasulullah pun menghadiahnya sebuah rumah di Madinah yang difungsikan untuk
klinik pengobatan penyakit gatal.
Syifa
terhitung dekat hubungannya dengan Rasulullah yang sering berkunjung ke
rumahnya. Karena itulah Syifa cukup banyak meriwayatkan hadist. Bahkan Hafshah
sendiri sering mendapatkan hadist dari syifa.
Syifa
memang wanita yang tidak pernah mau tinggal diam, ia selalu berusaha memberikan
kebaikan kepada lingkungannya, bahkan sampai usia tuanya. Jika ia menemukan
sesuatu yang ia anggap tidak benar, ia selalu berusaha meluruskannya. Suatu
hari, misalnya, pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ia bertemu dengan para
pemuda yang berjalan dengan gontai, tak bersemangat. Betapa gusarnya dia dan
berkata, “ Demi Allah, Umar itu bila berbicara keras bila berjalan cepat dan
bila memukul terasa sakit.”
Di masa
pemerintahan Umar, Syifa juga mendapatkan penghormatan yang tinggi dari
Khalifah. Umar acap meminta nasehat Syifa untuk menyelesaikan masalah – masalah
yang ia hadapi, termasuk berbagai urusan perdagangan. Semua amanah ini bisa ia
selesaikan dengan baik.
Wanita
yang enerjik ini wafat pada tahun 20 H setelah seluruh sumbangsihnya dia
berikan untuk agama dan umat. Itulah Syifa, wanita yang diistimewakan
Rasulullah.
Comments
Post a Comment